
ADVERTISEMENT
Klub sepak bola asal Norwegia, SK Brann, berhasil memenangkan kasus kebebasan berekspresi dalam pengadilan yang digelar oleh pengadilan arbitrase olahraga (court of arbitration for sports, CAS) melawan asosiasi federasi sepak bola Eropa (UEFA).
ADVERTISEMENT
Pengadilan CAS memutuskan, bahwa UEFA tidak seharusnya menghukum CAS atas nyanyian UEFA Mafia dan spanduk serupa yang ditampilkan fan Brann dalam laga Liga Champions Wanita (UWCL) mereka 2024 lalu.
Sebelumnya, UEFA memberikan denda kepada Brann sebanyak dua kali dalam dua waktu yang berbeda di sepanjang 2024. Bahkan, denda ketiga masih dalam proses. UEFA berargumen bahwa insiden yang terjadi dalam laga UWCL itu melanggar aturan UEFA, yang membuat klub bertanggung jawab pada “pernyataan ofensif dan provokatif” dari bangku penonton.
Awalnya, Brann membawa kasus pertama ke komite banding UEFA. Permohonan banding mereka ditolak, yang membuat Brann membawa kasus tersebut ke CAS. Pada 31 Maret kemarin, CAS memberikan keputusan yang membela posisi Brann. Penjelasan tertulisnya akan disampaikan CAS pada pekan ini.
ADVERTISEMENT
Presiden SK Brann, Aslak Sverdrup, mengatakan pihaknya senang dengan keputusan CAS.
“Tidak setiap hari klub dari Norwegia menggerakkan sepak bola seluruh Eropa, tapi hari ini itu benar-benar terjadi,” ujar Sverdrup dikutip dari The Guardian.
“Dalam dunia tempat kebebasan berpendapat tengah terancam, ini jadi putusan yang penting dan benar.”
Di sisi lain, UEFA menghargai keputusan CAS ini. Denda yang dikenakan pada “Brann atas perilaku buruk sekelompok suporternya telah dikesampingkan”.
Namun, UEFA juga menambahkan, “Pada kenyataannya, denda tersebut dikesampingkan hanya karena keadaan yang luar biasa dan kurangnya bukti. Dalam kasus yang saat ini, CAS jelas-jelas tidak menyatakan bahwa kebebasan berpendapat bisa menjustifikasi pernyataan ofensif pada ‘fan’ ini.”
Brann sendiri berargumen bahwa pesan “UEFA Mafia” itu punya unsur humor dan kritik terhadap kekuasaan, yang mana berada di dalam lingkup kebebasan berpendapat. Brann juga percaya bahwa menjawab kritik atau pesan satire dengan denda adalah perilaku problematik.
ADVERTISEMENT
Leave a Reply