Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the spike-business domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /www/indo0323/38.181.63.134/wp-includes/functions.php on line 6121
Preman77 – Mesin Gol Itu Berusia 63 Tahun: Awet Muda di Piala Dunia Nenek-Nenek – Preman77

Preman77 – Mesin Gol Itu Berusia 63 Tahun: Awet Muda di Piala Dunia Nenek-Nenek

·

·

Grannies International Football Tournament 2025, atau Piala Dunia Nenek-Nenek. Foto: Phill Magakoe / AFP

zoom-in-whitePerbesar
Grannies International Football Tournament 2025, atau Piala Dunia Nenek-Nenek. Foto: Phill Magakoe / AFP
ADVERTISEMENT

Puluhan wanita lanjut usia dari berbagai negara berkumpul di Limpopo, sebuah kota kecil empat jam perjalanan darat ke utara dari Johannesburg. Bukan, bukan untuk mengobati pinggang yang ngilu. Bukan pula untuk berkumpul di panti jompo.
ADVERTISEMENT

Faktanya, mereka berada jauh-jauh di Afrika Selatan untuk mengikuti Piala Dunia Nenek-Nenek, yang digagas sejak 2007. Tujuannya adalah meningkatkan kesehatan dan mempererat komunitas antar sesama perempuan lansia.
Di lapangan berlatar pemandangan pegunungan, nenek-nenek dari Amerika Serikat, Prancis, Togo, hingga Afrika, berlaga dalam pertandingan 30 menit. Mbele Nonhlanhla (63), pemain Vuka Soweto asal Soweto, Afrika Selatan, mengaku merasa seperti “superstar” saat mencetak gol.
“Mereka memanggilku mesin gol,” ujarnya, sembari memamerkan gigi ompongnya.
Devika Ramesar (62), penggemar Liverpool, baru pertama kali menginjak lapangan sepak bola.
“Ini tentang penuaan aktif. Menang atau kalah, yang penting kami bugar,” katanya.
Edna Cheruiyot (52), pemain Kenya, belajar aturan sepak bola dalam dua bulan. “Saya merasa lincah,” ujarnya, sambil berfoto selfie untuk cucu-cucunya.
ADVERTISEMENT

Grannies International Football Tournament 2025, atau Piala Dunia Nenek-Nenek. Foto: Phill Magakoe / AFP
Turnamen ini digagas oleh Rebecca Ntsanwisi (57), kerap dipanggil Mama Beka, setelah ia diagnosis kanker.
“Perempuan lansia perlu berkumpul dan menikmati hidup. Kami sering diabaikan,” katanya. Ia berharap turnamen selanjutnya diadakan di Kenya.
Di Afrika Selatan, hampir 40 persen anak-anak tinggal bersama kakek-nenek mereka. Mama Beka menekankan, nenek-nenek berhak menikmati masa tua mereka. “Ini waktu kami untuk bersenang-senang,” ujarnya.
Chris Matson (67), kiper dari AS, merasa luar biasa bisa bermain sepak bola di usia senja. Meski berat, ia dan kapten tim Vakhegula Vakhegula, Thelma Ngobeni, menegaskan, “Yang penting kami hadir dan bersenang-senang.”
Suporter di Grannies International Football Tournament 2025, atau Piala Dunia Nenek-Nenek. Foto: Phill Magakoe / AFP
Yang punya tugas berat bukan cuma pemain, tapi juga tim medis pun sibuk memeriksa kesehatan para pemain. Terutama tekanan darah.
ADVERTISEMENT

Namun, Nonhlanhla punya mimpi lebih besar. Nenek dengan tujuh orang cucu itu ingin menjadi nama besar di dunia sepak bola wanita!
“Tidak ada kata terlambat untuk meraih mimpi masa kecil,” ujarnya, saat memasuki lapangan. Sorak sorai penonton menyambut nenek-nenek itu, yang kehilangan beberapa gigi tapi tidak dengan semangatnya. Mereka berjalan gagah, layaknya pemain profesional.
“Saya sudah setengah jalan, kan?” ujarnya, tersenyum.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *